Jumat, 03 Mei 2013

I keep My Eyes Open #2



GREYSON’S P.O.V
Aku memandangi surat itu lagi. Alamat nya tidak terbaca dengan jelas, tulisan sambungnya membuatnya makin tidak jelas lagi. Aku hanya menghela nafas, ini malah akan membuat Taylor tambah sedih. Aku bingung harus ngapain. Ya sudah, aku simpan saja, kertas ini!

TAYLOR’S P.O.V
Sejak Tadi Greyson bersikap dingin padaku. Aneh.
“Grey?”
“Ya, kak?”
“ya hanya saja kenapa kamu terlihat begitu loyo, kayak spageti?-..-“
“Nggak apa-apa, kak! Cuma, yah, ngantuk, ngantuk! Beneran ngantuk! Aku tidur duluan yaa!”
Dasar anak aneh. Kenapa sih anak itu? Ih.  Malam ini aku duduk di tepi jendela menatap bintang dan bulan dilangit. Lagi, aku kepikiran keluargaku. Ih! Banyak banget sih masalahku-,- mulai dari keluarga, sampai pertemanan. Jujur aja aku nggak mau hidupku dramatis begini. Okay man, time to sleep! Bye!


SKIP TOMORROW AT SCHOOL


Seperti biasa aku berjalan di koridor sekolah menuju loker. Sendiri. Aku melihat loker kosong sebelahku ada yang mengisi. Abigail.
“Hei! Kamu pasti Taylor, kan? Kamu, cantik! Padahal kata Brit kamu mukanya kayak penguin balado,”
Rese. Anak ini jujur banget sih. Frontal banget. Niat ngatain atau muji nih?!
“Abigail.. shut up. Aku bukan penguin balado, aku manusia.”
“Aku tahu, kok kalau soal itu. Eh kamu yatim ya?”
Mataku melotot karena perkataan Abigail. Sumpah deh nih anak, cantik, tapi frontalnya itu loh, bikin kesel!
“Abigail?! Niat ngejekin gue ya? Atau apa?”
 “No, sorry kalo aku terlalu blak-blakan hahaha. Btw, masuk kelas yuk!” entah kenapa sejak saat itu, aku dan Abigail makin dekat saja, seperti sahabat gitu, dan kayaknya seisi kelas juga respect-respect aja tuh J

_________________________________________________________________________________________

I wanna stay Up All Night and jump around until we see the sun, I wanna stay up all night and find a girl and te..”
Handphoneku bunyi. Private number. Siapa coba malem-malem gini nelfon?!
“halo,” ucapku malas.
“Ini Taylor Alison Swift? Atau bukan? Anda orangnya?”

Ih. Kayak detektif aja deh. Males gue.
“Datang ke alamat ini –ngasal- sekarang juga! Cepat!”

“Aduh, ini siapa sih?! Ganggu tau malem-malem! Udah ya, mau tidur—“

“Apa?! Tidur?! Tidak, datangi dulu alamat itu, ada sesuatu yang sangat penting!”

Telefon dimatikan. Untung alamatnya gampang. Aku mengambil trench coat dan sepatu boots lalu bergegas pergi tanpa bilang-bilang. Masalahnya akan tambah parah kalau aku bilang. Bisa dimarahi nanti.

Sekitar 15 menitan aku berjalan non-stop, dan itu melelahkan. Aku sampai di tempat tujuan. Ada sebuah bangku taman disitu.

“Taylor Alison Swift.”
“Ya? Kenapa? Ada perlu apa sampai mencariku begitu?”
Aku menengok. Seseorang memakai masker, topi, mantel, sepatu boots, dan kacamata hitam. Aneh. Padahal kan sudah malam begini!
“Haha! Apa pandanganmu nggak aneh pakai kacamata hitam itu? Atau anda buta? Maaf,”
“Aku nggak buta, Ms. Swift! Aku masih normal, kay? Aku kesini karena ada perlu denganmu, orangtuamu, Swift..”
“Orangtuaku?! Dimana mereka sekarang?! Mana adikku?! Kamu siapa?! Kenapa bisa tahu tentang hal itu?!”
“Mereka.. mereka… dipenjara karena mereka dianggap.. penyihir.”
Seketika aku tersedak. “Penyihir?! Wow! Jadi kayak di Wizards Of Waverly Place, dong! Ihihiw! Aku mau jadi Alex Russo. Dia cantiik! Terus, aku juga mau punya temen seperti Harper Finkle, aku suruh dia buatkan baju Spaghetti untuk Greyson,”
“Swift?! Kenapa omongan kita jadi nggak nyambung begini, hah? Mau dengar atau tidak?!”
“oke.. LANJUTKAN!” *gayaesbeye*
“Baiklah, orangtuamu ada di desa Meillenne, dan disitu masyarakatnya  masih percaya sama mitos mitos gaje begitu, taulah kan?! Nah, orangtuamu bisa celaka, kalau kamu tidak menyelamatkannya. Oiya mereka dituduh menjadi penyihir karena telah menghilangkan batu suci di desa Meillenne. Nama batunya Stone Of Clitth.”
“Clitth? Nama yang lucu!”
“Sst! Itu batu keramat! Diambil dari nama dewa! Tidak ada yang tau dimana letak kunci untuk membuka lemari berisi Stone Of Clitth! Tapi, entah bagaimana mereka membukanya, lalu batu itu dimainin sama Austin yang masih kecil, lalu hilang. Batu itu ada di kantor pemimpin Meillenne. Lord Gacquette.”
“Lord? Gasalah? Ngapain mereka di kantor Lord Gaket? Apa namanya itu?”
“Mereka mendaftar menjadi penduduk dari Desa itu. Emang harus daftar kok, aneh ya! Aku harap kamu bisa ikut aku kesana, Swift! Nanti kamu harus cari Stone Of Clitth itu untuk membebaskan keluargamu,”
“Ehm, panggil aku Taylor saja, atau Tay. Eh kamu itu cowok atau cewek sih?!”
“Aku cowok, Tay! Woy! Namaku David Collin Clidford. Panggil aja David atau Collin.” Ia membuka masker dan kacamatanya. Nggak terlalu jelas sih mukanya, tapi yang jelas cowok ini cute ternyata! :3
“Oke, Dav, aku pulang dulu ya. Sebelum orang tua angkatku tau,”
“Oke, pulang sana! Ini sudah malam. I wanna know you again, Tay, besok ketemuan yuk? Dimana?”
“Melody CafĂ©. Jam 4 sore ya, bye!” “Bye!”

15 menit kemudian…
“Taylor?! Habis dari mana aja sih?! Kita khawatir nyariin kamu, tau!”
Mrs. Jeanne menatapku galak. Aku nggak mungkin jujur. Aduh, aku harus boong, deh-_-
“Mencari Dompetku, tapi tidak ketemu,” bohongku.
“Hhh… anak teledor. Yasudah sana tidur!”
Aku menaiki tangga. Aku curiga deh, jangan-jangan….

~masih berlanjut :)

Tidak ada komentar:

Pengikut

Total Tayangan Halaman